Selasa, 23 September 2008

IBU KERINDUANKU PADAMU DI AKHIR RAMADHAN..

Seperti tersihir, kita sudah berada pada hari-hari menjelang berakhirnya ramadhan. Shaf-shaf di dalam masjid mulai kelihatan longgar, tidak sepenuh ketika awal ramadhan, kajian-kajian Islam pun hanya dihadiri oleh segelintir orang. Seakan-akan banyak duri tajam yang tersebar sepanjang jalan kemasjid, sedangkan karpet merah nan lembut ketika dipijak membentang sepanjang arah pusat perbelanjaan. Miris!

Namun, ada satu suasana lain ketika memasuki masa-masa berakhirnya ramadhan dengan dijelangnya hari nan bersih, penuh kemenangan bagi mereka yang lulus dalam ramadhan, yaitu Idul Fitri. Suasana hati mulai merindu, padahal ramadhan belum berlalu, berat hati melepaskan dan begitu ingin direngkuh selamanya. Seperti halnya suasana rindu serta membayangkan segala keindahan pada waktu ketika masih kanak-kanak. Rindu pada satu sosok yang selalu setia menemani, memberikan sentuhan sayang, penuh kasih menuntun. Sosok yang selalu tidak bisa lepas dari segala bayangan keindahan mana pun, menyeruak membayangi pelupuk mata. Ibu. Ya, sosok seorang ibu.

Ketika kecil, saya masih mempunyai rekaman, betapa ibu bagaikan seorang yang tiada lelah. Mempersiapkan rumah, menyajikan segala hidangan, menyisihkan sedikit uangnya untuk membelikan pakaian layak pakai pada hari Idul Fitri. Tergopoh-gopoh melayani kerabat dekat maupun yang jauh, yang berdatangan pada hari itu. Dan senyum selalu mengembang di sudut bibirnya, walaupun jelas kelelahan tampak diwajahnya. Indah, mengenang ibu seperti mengenang taman surga yang pernah kita miliki sewaktu kecil. Surga yang ia ciptakan memang penuh pesona. Ibu, tidak hanya berarti bagi kita pada masa kecil, tapi tetap agung, walaupun kita bukanlah lagi anak kecil.

Saya memang sedang membayangkan sosok ibu. Sosok yang sekarang jauh dari tempat keberadaan saya. Sosok yang semakin menua, semakin mengguratkan rasa letih. Saya dan ibu memang semakin dekat ketika masa-masa saya mulai melepaskan diri dari keluarga. Jauh dari ibu dimulai ketika saya mengambil pekerjaan di tempat yang jauh, menikah hingga mempunyai anak pun saya tetap jauh dari keberadaan ibu. Hingga jika lebaran tiba, saya selalu mengusahakan untuk bisa berada di sampingnya. Melebur segala kerinduan kami, melebur segala kisah manis dan indah, hasil kenangan saya dan ibu pada masa kami masih tinggal bersama.

Dilain pihak, saya pun mengenang seorang teman yang juga seorang ibu. Ia telah pergi setahun yang lalu. Ia yang saya kenal sangat energik, penuh kasih pada anak-anaknya, selalu mencurahkan segala perhatiannya untuk keluarganya. Hingga masa-masa terakhirnya, ia masih bisa habiskan bersama orang-orang yang ia kasihi. Ah, di hari lebaran nanti, pastilah rindu kehadirannya yang hangat akan dirasakan oleh anak-anak juga suaminya. Dan itu hanya bisa dilakukan dengan menyambangi makamnya, menuturkan kerinduan, memberikan doa agar selalu lapang 'tempat tinggalnya' sejak setahun yang lalu.

Lalu, saya pun membayangkan banyak sosok anak-anak yang kini berada di panti-panti asuhan. Mata mereka kian basah ketika memasuki akhir ramadhan dan menjelang datangnya Idul Fitri. Dekapan dan ciuman dari ibu yang melahirkan mereka tidak dapat mereka rasakan. Meluapnya kegembiraan sebagian orang dalam menyambut hari kemenangan itu, hanya bisa membuat mereka menerawang, merindukan ibu, yang kedua telapak tangannya tidak dapat mereka cium mesra.

Pada hari-hari terakhir ramadhan ini, banyak hal yang ingin kita tarik ulang. Tetap bisa bertemu pada bulan suci ini, menjadi orang yang istiqomah, bertaqwa dengan selalu berbakti kepada orang tua, terutama pada sosok seorang ibu. Pada setiap akhir ramadhan, banyak hal yang harus bisa kita jadikan hikmah dan pembelajaran, dengan semakin bisa membuat kita menjadi umat yang ikhlas. Ikhlas dalam menjalani hidup, ikhlas menjadi seorang ibu, ikhlas menyayangi ibu, ikhlas dalam mengayomi ibu yang semakin tua, ikhlas pada kepergian sosok ibu jika kelak tiba masanya, juga ikhlas untuk menjadi ibu bagi mereka yang merindukan sosok ini.

Semoga, kita bisa menjadikan akhir-akhir ramadhan ini sebuah prestasi yang kelak akan dapat mengangkat derajat kita di mata Sang Pemilik Kehidupan. Insya Allah.

Ibu, ...
Pada akhir-akhir ramadhan Rindu membuncah akan indahnya bulan ini ingin selalu khidmat didalamnya Seperti rindu pada dirimu Ingin selalu dekat di sampingmu.

RAMADHAN SUDAH SEPARUH PERJALANAN

Kehangatan mentari telah menyelimuti dan mebelai mesra bumi pertiwi.....
Hari ini ramadahan sudah seperuh perjalanan .....
Ramadhan telah berkemas dan bersiap menenteng Magfirahnya ......
Dia akan meninggalkan kita semua .....

Belum lelah raga ini tuk melakukan sujud untuk Mu .......
Tiada kelelahan hati ini mengucapkan pujian kepada Mu ,... ya Rabbi....
Sedemikian beku kah hati ini .......
Entah kenapa Hati ini tidak terasa sedih saat Ramadhan tlah mau pergi ...

Sudah separuh ramadhan yang kulalaui .....
Tapi tiada bekas kerinduan dihati akan kehadirannya .....
Tiada kurasa kerinduan akan Ramadhan yang begitu menyayat hati .....
Bagaikan saat sang Rama kehilangan Sinta .....
Kemanakah nurani yang menghiasi relung hati .....

Puasa memang telah kujalani .......
Rasa dahaga dan lapar memang tidak mengganggu diri ini ......
Apakah dengan menahan raga ini akan mengembalikan Nafs dan nurani .....
Kenapa detak nadi dan detak Jantung ini tidak bisa seirama tuk berucap asma Illahi ...

Syaitan memang tlah kau ikat dengan kuat ,....
Ma’afkan aku ya Rabb ,.... diri yang tak bisa mengikat nafsu laknat .....
Dibulan yang penuh berkah ini hamba belum bisa mengambil manfaat.....
Ma’afkan atas kedunguan rasio dan kebekuan hati yang berkarat .....
Astagfirullah Robbal barooyaa ,..... Astagfirullah minal khotooyaa ...

Ya Rabb ,… yang Rahman dan Rahiim,…. Pada - Mu aku meminta
Semoga diseparuh waktu tersisa ,… hamba bisa mendapat barokahMu …..
Hingga hamba bisa lebih tulus dalam sujud untuk Mu ….
Dan tiada kelu di lidahku tuk menyebut keagungan Mu ….

Semoga kerinduan ku akan Ramadhan seperti kerinduan bumi akan air hujan di kemarau ,.....
Kerinduan yang bisa menampung semua cucuran kasih dan Rahmat mu.....
Kerinduan yang bisa mencuci legamnya hati ini ....
Kerinduan ramadhan yang bisa menacairkan hati yang membeku oleh nafsu ....

Robbi Zidhnii 'ilman naafi'aa
Wa waafiqlii 'amalan magbuullaan
Wa waahablii rizqon waasi'aa
Watub 'alaiya taubatan nasuuhaa
Watub 'alaiya taubatan nasuuhaa

Astagfirullah Robbal barooyaa ,..... Astagfirullah minal khotooyaa ...

Semoga magfirah-Mu bisa digapai oleh diriku, ...
Lapangkanlah Nafs , Qolbu dan Rasioku ......
Untuk bisa menampung barokah Mu yang tercurah untuk mahluk Mu....

SEUSAI TAHAJJUD

Seusai Tahajjud.... Kutengadahkan Tanganke Keatas memohon kepada Allah SWT

Ya Allah.....
Tiada indah dimalam yang hening
Melainkan dengan bermunajad kepada-Mu
Tiada Indah suatu hari yang aku lalui
Kecuali dengan Patuh kepada-Mu

Ya Rabbi.....
Tiada indah Hidup di dunia
Melainkan berzikir dan menyebut nama-Mu
Tiada Indah Tiba di Akhirat yang Abadi
Kecuali Dengan Keampunan-Mu

Ya Allah... Tuhanku
Yang Maha membolak balikkan Hati
Tetapkanlah hatiku, senantiasa dalam agama-Mu
Serta Taat akan perintah-Mu

Ya Allah.....
Janganlah Engkau Bebankan kami
dengan Beban Yang berat
Seperti yang pernah Engkau Berikan
Kepada umat yang terdahulu dari kami.

Ya Allah.....
Maafkanlah segala kehilapan Kami
Ampunilah Segala dosa-dosa Kami
Serta rahmatilah kami....
Amiiin Ya Robbal Aalamiiiin.

TATAPAN YANG PENUH DENGAN CINTA....

Pernahkah anda menatap orang-orang terdekat anda saat ia sedang tidur ?
Kalau belum, cobalah sekali saja menatap mereka saat sedang tidur. Saat itu yang tampak adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang.
Seorang artis yang ketika di panggung begitu cantik dan gemerlap pun bisa jadi akan tampak polos dan jauh berbeda jika ia sedang tidur. Orang paling kejam di dunia pun jika ia sudah tidur tak akan tampak wajah bengisnya.

Perhatikanlah ayah anda saat beliau sedang tidur. Sadarilah, betapa badan yang dulu kekar dan gagah itu kini semakin tua dan ringkih, betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut merut mulai terpahat di wajahnya.
Orang inilah yang tiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan kita, anak-anaknya. Orang inilah rela melakukan apa saja asal perut kita kenyang dan pendidikan kita lancar.


Sekarang, beralihlah. Lihatlah ibu anda. Hmm...kulitnya mulai keriput dan tangan yang dulu halus membelai-belai tubuh bayi kita itu kini kasar karena tempaan hidup yang keras. Orang inilah yang tiap hari mengurus kebutuhan kita.

Orang inilah yang paling rajin mengingatkan dan mengomeli kita semata-mata karena rasa kasih dan sayang, dan sayangnya, itu sering kita salah artikan.

Cobalah menatap wajah orang-orang tercinta itu : Ayah, Ibu, Suami, Istri, Kakak, Adik, Anak, Sahabat, Semuanya. Rasakanlah sensasi yang timbul sesudahnya. Rasakanlah energi cinta yang mengalir pelan-pelan saat menatap wajah lugu yang terlelap itu. Rasakanlah getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan orang-orang itu untuk kebahagiaan anda. Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalah pahaman kecil yang entah kenapa selau saja nampak besar. Secara ajaib Allah mengatur agar itu bisa tampak lagi melalui wajah-wajah jujur mereka saat sedang tidur. Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan.
Dan ekspresi wajah ketika tidur pun mengungkap segalanya. Tanpa kata, tanpa suara dia berkata: "betapa lelahnya aku hari ini " . Dan penyebab lelah itu ?
Untuk siapa dia berlelah-lelah ? Tak lain adalah kita.

Suami yang bekerja keras mencari nafkah, istri yang bekerja keras mengurus dan mendidik anak, juga rumah. Kakak, adik, anak, dan sahabat yang telah melewatkan hari-hari suka dan duka bersama kita. Resapilah kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah-wajah mereka.
Rasakanlah betapa kebahagiaan dan keharuan seketika membuncah jika mengingat itu semua.

Bayangkanlah apa yang akan terjadi jika esok hari mereka -orang-orang terkasih itu- tak lagi membuka matanya, selamanya.